March 29, 2023

MAHBUB DJUNAIDI  FESTIVAL (MDF)  PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA (PMII)

UJUD RESPECT DARI RAYON ALI AHMAD BAKTSIR, KOMISARIAT RADEN MAS SAID- SUKOHARJO

By Isfandiari MD

Almarhum H. Mahbub Djunaidi (1933-1995)

…Bung Mahbub adalah  sosok x-tra ordinary person! Tokoh yang wafat pada 1 Oktober 1995 ini masih memberikan kesan mendalam bagi sahabat-sahabat PMII paling fresh, generasi muda lansiran 90-an sampai 2000-an. “Beliau   pribadi yang sangat inspiratif, pemikirannya sangat mempengaruhi sahabat-sahabat PMII sampai saat ini,” buka M Said Hibatullah Halim, Ketua Rayon Ali Ahmad Baktsir….

Bareng rekan rekan LESBUMI

Festival Mahbub Djunaidi ini menang nyata-nyata wujud respect keluarga besar PMII golongan muda kepada seniornya. Digelar di Minggu-Senin ( 29/30 Januati 2023), diisi selaksa kegiatan terkait  dengan sosok ketua PMII  3 periode (1960-1967 ) ini. Bebuka aktivitas, mereka menggelar kelas Panca Pemikiran Mahbub Djunaidi lewat tema Manifestasi Pemikiran Mahbub Hari ini. Digelar diskusi terbuka, saling share pandangan sang tokoh termasuk bedah konstruk pemikiran diambil dari karya karyanya. Dibahas pula  ikhwal kekhasan tulisan Mahbub,  sisi pribadi yang unik dan sisi humanis dan sentimental dari pribadi tokoh yang pernah merasakan penjara Nirbaya (Interniran Berbahaya) saat berkuasanya pemerintah Orde Baru  dahulu. Oh ya, kala itu  putra Betawi ini dianggap sosok bandel, penentang tulen alias melakukan pembangkangan pada rezim yang berkuasa.

Isfandiari dan Joko Priyono
Hadir juga Mas Cepi Rahmat (Tokoh Bikers) dan Mas M. Arif Wibowo (Ketua Lesbumi Kota Surakarta) bareng beberapa tokoh Lesbumi

Bicara soal Mahbub selalu seru dan tak berujung. Berbagai sumber di gali di momen MDF ini. Anak anak muda kader PMII militan tak hentinya begerilya mencari info terserak  dari peninggalan sang tokoh. Jejak peninggalan bisa berupa kisah dari orang-orang dekat termasuk keluarganya, karya yang ditinggalkan sampai naskah-naskah tercecer yang disimpan handai taulan. Di ajang ini, mereka mengundang dua putra-putrinya, Isfandiari MD dan Tamara Djunaidi  yang hadir bersama suaminya Bang Raizal  Munir di perhelatan acara puncak pada senin (30/1). Mereka diberi ruang untuk bernostalgia dan menceritakan bagaimana kehidupan Mahbub Djunaidi: Gagasan, polah tingkah laku sampai kisah-kisah unik saat beliau masih ada di tengah-tengah keluarga. “Pribadi yang menarik, cerdas, penuh energi, berani dan kadang susah ditebak arah pemikirannya.  Nah yang terakhir ini kadang nmenyusahkan keluarga. Kita bangga tapi juga terpaksa menanggung resiko akibat pemikirannya! Namun dari semuanya itu rasa pedulinya pada kemanusiaan sangat besar dan semuanya terwujud dalam karya-karyanya,” nilai Isfan.

Suasana malam puncak acara  di sudut Sukoharjo ini terasa sendu. Lighting diseting temaran kekuningan, penuh kain-kain hitam yang menjuntai diisi kata-kata  ber-nas dari sosok Mahbub Djunaidi. Bagi keluarga yang diudang, suasana ini tentunya membangkitkan kebanggan sekaligus kenangan haru bagi mereka. Di perhelatan puncak lalu hadir Mas Joko Priyono, pengangum Mahbub bertindak sebagai moderator mendampingi Isfandiari sebagai nara sumber dan M. Said sebagai ketua rayon. Perbincangan terbilang seru! Mas Joko membeberkan kesan-kesannya pada karya Mahbub, memberikan beberapa pertanyaan pada nara sumber dan diskusi santai dan akrab tentang pribadi Mahbub. Beberapa penannya dari Mahasiswa yang hadir juga turut meramaikan suasana pertemuan.  Sekelumit kisah saat beliau di penjara bersama tokoh pejuang Surabaya, Bung Tomo,  soal kisah penculikan Bung Karno oleh para pemuda terutama peran pak Singgih, soal Pramoedya Ananta Toer, kesannya pada orde baru dan banyak lagi.  Semuanya mengalir lancar dan membuat kita semua larut dalam romantisme saat beliau hidup.

Hang out di sela sela event dengan Mas M. Arif Wibowo (Ketua Lesbumi Kota Surakarta), Dimas Suroaji (Wakil Ketua Lesbumi Bidang Penelitian) dan para sahabat

 “Papa sudah wafat bertahun lalu, ini ada anak anak muda yang masih merayakan kehidupan beliau..sungguh luar biasa,” kesan Bunda Tamara, putri kedua Bung Mahbub. Kesan ini cocok sekali dengan sajak yang Bung Mahbub buat pada 17 September 1950:

     “Ini kali tak ada gelak

     Pada air Teratai hatiku berkata..

     Kita pancangkan saja cerita gemilang ini..

     Kita mulai dari sini-Nanti di perbatasan Mutiara khan ku erat genggam..

     Di balik kabut gelap pantai menunggu..

     Dan Elang itu tinggalkan bekas

     Bentuk rupa menghilang di awan biru nyata

          Kita ini bukan apa apa..

          Di Malam hening, bulan hanya bisa memberi senyum..

     Semua ini jalan..semua ini jadi sasaran

     Kalau sampai waktunya…

     Arus ini bisa hanyutkan segala..

               Kenanglah aku…

     Sepakat bung! Kamu tetap kami kenang!…..

Leave a Reply

ridingread.com

Selamat membaca, selamat mengunggah, selamat mengunduh dan selamat bergabung menjadi keluarga kami, keluarga besar ridingread.

ridingread on Social Media

Visit Us On TwitterVisit Us On FacebookVisit Us On YoutubeVisit Us On Instagram
%d bloggers like this: