PANJANGKAN SILATURAHMI MENCARI CELAH KOLABORASI, SAATNYA BERJAYA, AYO BERGEGAS! By Isfandiari MD
….Perjalanan kali ini punya makna khusus. Kami diundang untuk berdiskusi dengan sahabat-sahabat penyandang disabilitas bertempat di kantor pemerintahan Klaten Jawa Tegah. Alhamdulillah hadir beberapa rekan dari berbagai kalangan, ada sahabat PMII Klaten, jajaran Ansor, Fatayat dari Nahdlatul Ulama dan insan-insan inspiratif dari sahabat disabilitas yang membagi kisah-kisah inspiratif mereka…..

Tanah jawa menuju Timur kerap diguyur hujan. Langit terus mengurangi bebannya jalanan selalu basah dan udara menjadi harum dengan aroma tanah basah. Di beberpa tempat terjadi longsor hingga kami perlu berjalan memutar dengan rute yang agak jauh. Klaten adalah tujuan awal, dan di pagi buta setelah subuh, kami sudah hampir mendekati wilayah ini. “Tidak jauh lagi kok bro, setelah ini kita masuk Jogjakarta dan rak kurang dari 1.5 jam sudah sampai Klaten, Insya Allah,” tutur bro Abah Ivan, driver mobil yang membawa kami.




Diskusi publik seputar masalah sahabat disabilitisa memang menarik, bermakna dan bermanfaat. Berbagai informasi dan masalah menyeruak dalam forum yang digagas Komisi nasional Disabilitas Indonesia bekerjasama dengan Rutgers –Ruang Temu Generasi Sehat Indonesia. Temanya cukup menarik : Pemuda dalam pengarusutamaan issue disabilitas dan hak kesehatan sexual dan reproduksi bagi penyandang disabilitas-. Hadir tokoh tokoh inspiratif penyandang disabilitas dari sist Fira Fitri Fitriah yang sukses dalam gelar keilmuan dan hadirnya sist Sri Lestari, wanita disabel die harder yang melanglangbuana naik trike motor roda 3 keliling Indonesia.”Motor roda 3 –nya cukup membangkitkan memori masa lalu. Waktu itu saya mas Lulut Wahyudi (Retro Classic Custom Jogja-Red) dan tim yang ikut andil membangun motor ini ,” kenang Cepi Rahmat salah satu tim rombongan kami. Diskusi semakin intensif dengan hadirnya sahabat dari Ansor,Fatayat, jajaran PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) dari Nahdlatul Ulama. Bincang publik inni banyak membahas tentang hak-hak sahabat disabilitas, rumah ibadah ramah difabel dan event yang mungkin bisa digagas bersama. Ada wacana untuk mem buat event bersama di tahun ini, melibatkan rekan-rekan disabilitas.”Tidak menutup kemungkinan bersama dengan event Planet Overheating seri Jogja yang direncanakan tahun ini. Moga teman-teman khususnya dari Komisi Disabilitas Nasonal (KDN) ikut support,” harap Isfandiari yang juga menjadi nara sumber mewakili PBNU di ajang ini.



Menjelang ashar, kemi sudah berpindah tempat bersilaturahmi dengan rekan rekan dari Laskar Umar Bin Khatab, dipimpin Kyai Soelis. Ada alasan sentimental dari kami mengenai kunjungan ini. Kiai Soelis yang dulu kami sapa Bro Soelis bukanlah sahabat baru. Beliau seudah lama kami kenal sebagai biker tulen, tokoh motoris Jawa Tengah yang kondang sebagai biker ‘berdarah panas’ temperame ntal, kerap akrab dengan dunia hitam dan berbagai predikat notorious lainnya. Alhamdulillah, karakternya berubah 180 derajat! Kini menjelma menjadi Kiai sekaligus pendakwah yang sangat dicintai umatnya. Kumpulan Laskar Umar Bin Khatab mayoritas beranggotakan insan-insan yang dahulunya berkutat di dunia hitam. Ada mantan narapidana, preman wilayah para bajingan dan sejenisnya.”Alhamdulillah mereka sudah kembali ke jalan yang benar dan intens beribadah dan mendekatkan diri pada Allah,” bangga Kiai Soelis. Ia menceritakan juga sepak terjang laskarnya yang sealu berjuang di jalan Allah, memberikan gambaran Islam sebagai agama yang teduh dan penuh damai. Menciptakan suasana nyaman dan bergerak di bidang sosial dan syiar Islam. Hang out di markarsnya memang membuat betah! Setelah shalat ashar berjamaah, kami terus melanjutkan diskusi-diskusi berfaedah, salah satunya topik tentang moment 1 abad Nu yang akan digelar di februari mendatang. “Mudah-mudahan kita semua bisa ikutan dalam perhelatan ini. Sebuah moment bersejarah,” share Iwan Rasta, penulis buku yang ikutan dalam rombongan. Sebelum mahgrib kamu berpamitan dengan sahabat Kiai Soelis dan santrinya untuk terus melanjutkan perjalanan.




Destinasi selanjutnya menuju Purbalingga untuk kemudian menuju Kutoarjo. Dua tokoh ingin kami ku jungi kali ini. Di Purbalingga kita sowan ke Mbah Bejo dan Nyai untuk diberi arahan petunjuk soal pemanfaatan limbah minyak jelantah dan pemberdayaan ekonomi santri di bidang lainnya. Di sana kami sempat diajak jalan-jalan kuliner dan berdiskusi ikhwal banyak hal. Mbah Bejo dan Nyai terbilang tokoh muda Nahdlatul Ulama Purbalingga yang menonjol. Bersama dekan-rekan Nahdiyin mereka sukses menyelanggarakan banyak event besar di Purbalingga, salah satunya Haul Kyai Nahrowi beberapa waktu lalu, sinergi dengan PCNU Purbalingga. Di zona ini kami sempatkan berdiskusi dengan tokoh Ansor Purbalingga, Gus Mohammad Nur Hidayat dan Gus Chabib. Sebuah pertemuan singkat yang penuh makna.

Selepas pamitan dan diberi jamuan istimewa, rombongan bergeser ke wilayah Tepus Wetan ,Kutoarjo Purworejo, sowan dengan bro Eko Pawiro Kathoredjo Pagyo. Doi seniman sukses yang nyeleb dengan tembang tembang Jawa-nya sampai Suriname. Bro Eko juga seorang aktivis lingkungan hidup dan kerap membaut event bertema climate change di daerahnya. Memang ada maksud khusus menemuinya. Kami ingin berbincang ikhwal event Planet Overheating yang memang bicara soal lingkungan, siapa tahu ada celah kolaborasi disini. “Sekalian sampeyan kemari, saya sedang ada program penanaman pohon buah untuk wujudkan desa ini menjadi wisata argobuah di wilayah Jateng. Yuk sama sama menanam,” spontan Bro Eko. Tak menyiakan kesempatan, kamipun bersama-sama menanam bibit ja jambi kristal di sepanjang jalan desa. Oh ya, ilmunya tak hanya disana saja! Bro Eko sukses membudidayakan burung perkutut di kediamannya. Ada ratusan burung yang diternak-biakkan di sini, asda yang impor ada juga jenis lokal perkutut Mojopahit yang konon katanya memiliki kekuatan magis, penolak bala dan memberikan keberuntungan bagi siapa yang memeliharanya. “Nanti bawa beberapa ekor untuk dipelihara dirumah ya… nanti..next kunjungan,” katanya tulus. Waduh…nuhun Bro Eko!
Rangkaian akhir perjalanan kami adalah Majalengka dan Cirebon untuk sejenak singgah menemui rekan bikers di Pemalang. Di Majalengka kami melaksanakan agenda kunjungan lanjutan tentang perkembangan zona tradisional yang sedang mereka perjuangkan lewat Paguyuban Silihwangi Majakuning. Berbagai pihak sudah mereka ajak diskusi, salah satunya ikhtiar mediasi kepada pihak Pengurus Besar Nahlatul Ulama dengan berkirim surat langsung ke ketua PBNU KH. Yahya Cholil Staquf. “Semoga atas surat ini keluarga besar Nahdiyin bisa membantu kelancaran zona tradisional. Warga di 25 desa sekitar Ciremai mayoritas warga nahdiyin,” jelas mang Jejen, salah satu tokoh pemuda yang juga anggota Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI) Majalengka. Perjuangan mereka terus dan tak pantang mundur. Persoalannya memang cukup serius mengingat zona tradisional ini bisa menjadi harapan warga menunjang sektor perekonomian mereka, termasuk salah satu ikhtiar juga untuk melestarikan alam di seputaran Ciremai yang meliputi wilayah Kuningan dan Majalengka. “Dengan turut andilnya warga di sini, kelestarian alam di Ciremai akan terjaga sekaligus memberi manfaat kepada rakyat disini,” tegas Eddy Syukur, ketua Paguyuban Silihwangi Majakuning. Diskusi intens kami lakukan di zona ini berikut harapan agar permasalahan ini segera teratasi.” Memang masalah yang besar, jika tidak segera diatasi bisa terjadi konflik horisontal di sini. Terus terang saja warga sudah resah dan menunggu kepastian dan purtusan yang pasti. Moga pemerintah, tim dari balai konservasi dan yang terkait segera menuntaskannya. Jangan sampai berlarut-larut, warga bisa tidak sabar,” wanti Eddy Syukur. Semoga!


Kunjungan pamungkas kami berakhir di Cirebon, menyambangi Gus Eko Ahmadi, tokoh pemuda dari LESBUMI yang kini menjadi pengusaha sukses dan memiliki pesantren di wilayah ini. Bersama santri-santrinya kami temu kangen dan berdiskusi mengenai percepatan ekonomi santri. Gus Eko menekankan pentingnya penguatan ekonomi di kalangan umat agar mereka bisa lebih eksis dan berkontribusi di masyarakat.” Gencarkan bersinergi dan kolaborasi dalam berbagai bidang usaha. Santri adalah kekuatan yang sangat besar dan sudah saatnya mengambil alih,” kata Gus Eko penuh semangat.
Dari perbincangan itu kami mendapat banyak pencerahan, betapa kita harus segera bergiat untuk merapatkan barisan dan membangun ekosistem ekonomi ideal yang mampu menjadikan para santri memegang kendali dan berkontribusi maksimal bagi kesejahteraan umat, menguatkan rasa kebangsaan kita dalam kebhinekaan. Agak berat juga berpamitan dengan Gus Eko, banyak ilmu yang bisa kami gali dalam setiap perbincangannya. Sayang waktu jualah yang harus memisahkan kami semua, saat berpamitan ia serius berpesan… “Sudah saatnya kita berjaya. Ayo kita bergegas!”
Yes!
You may also like
WEB SERIES ROMLI 5 EPISODE
KISAH DE ROMLI EPISODE 1-3
GELARAN SENI DI DESA TEPUS WETAN KUTUARJO-PURWOREJO JAWA TENGAH
Journey Bandung-Majalengka-Kuningan, Purbalingga,Purwokerto
Journey Riding Read.com – Serial Purbalingga WUJUD BANGGA DAN SYUKUR SELURUH WARGA SUPPORT DAN RESPECT UNTUK PCNU PURBALINGGA By Isfandiari MD